Pages

D.R.B

20.2.11

Kelas PTIH

Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam.

Layaknya sebuah joke, pemuda itu tertawa dibuatnya.

Adalah sebuah kesalahan besar perkara penempatan seorang peranakan Bradley di Hogwarts. Gellert Grindelwald – Albus Dumbledore; hitam – putih; Durmstrang – Hogwarts—etcatera. Begitu berbeda, bisa dibilang keberadaannya disana mengkhianati takdir. Moyang Bradley terdahulu pasti sedang menggelinjang tak karuan dalam kuburnya mengetahui perihal runut keturunannya (yang begitu melegenda) dibuat menjadi kacau balau di generasinya yang bernumerik satan. Mereka lurus, sedari dulu—siapapun tahu itu. Sejarah tak pernah berdusta tentang betapa loyalnya klan penyihir Italia darah murni tersebut pada Grindelwald, Durmstrang, dan juga pada—kubu penyihir hitam. Rudolf pun bisa murka—bahkan bisa mati mendadak—di Azkaban sana kalau tahu bahwa sang putra semata wayang kebanggaannya, tanpa sepengetahuan dan seperijinannya, mengirimkan sang cucu kesayangan pada sekolah yang dikepalai oleh seorang Albus Percival Wulfric Brian Dumbledore. Untunglah sang kabar belum menjamahi Azkaban, membuat si kakek renta itu masih bernafas sampai sekarang.

Bagaimanapun, Deryck benar-benar nampak seperti seorang yang tidak selayaknya untuk berada di Hogwarts, terlihat begitu salah tempat. Selera seorang ketua La Cosa Nostra seperti Marcus memang aneh, tak terjangkau oleh nalar sebelas tahunnya. Tiliklah mengenai studi yang sedang dan akan ia pelajari hingga tujuh tahun ke depan ini; Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, lalu hubungkan dengan studi utama di Durmstrang (tempat dimana para Bradley seharusnya berada); Ilmu Hitam. Yang satu melukai, satunya lagi melindungi. Kontras. Bagai Ying dan Yang. Seakan menjelaskan betapa Durmstrang dan Hogwarts adalah dua kubu yang saling bertentangan.

Kubunya adalah hitam—bukan putih. Lantas, kenapa ia harus repot mempelajari Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam selama beberapa tahun ke depan, eh? Mengesankan seolah-olah dia ini adalah jemaat golongan putih yang taat. Yang mengamini bahwa penggunaan sihir hitam itu terlarang. Pfft, lucu. Dia tidak se-Santo itu. Wajahnya memang nampak seperti santo saat sedang tersenyum (namun senyumnya itu langka)—tapi tidak begitu dengan aura-nya. Inside him self.. he is a ‘Lucifer’. Bahkan rasanya darah yang mengalir di nadinya sama sekali jauh dari kata suci, bersemayamkan darah-darah para pendosa di masa lalu.

Dan, alasan mengapa Hogwarts memberi asupan Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam ketimbang Ilmu Hitam, hm?

Alisnya terangkat. Tinggi.

Sekon berikut menyeringai, kecut.

Satu tangan terangkat sopan secara reflek, menunggu kesempatan untuk diijinkan angkat bicara—damn, betapapun, manner tetap harus dijaga—lalu membuka mulutnya kemudian, “Aku rasa kita mempelajari Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam alih-alih Ilmu Hitam karena kita—” frasanya sengaja ditahan, mengulum seringai, memetakan ekspresi stagnan legendarisnya, “—adalah penyihir ‘putih’.” Sebuah jawaban enigmatis, khas para naifis. As simple as that, meskipun dia agak geli saat mengucapkan tiga kata terakhir.. rasanya seperti memakai sebuah topeng, tahu.

Penyihir putih—dia sih bukan.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar