Pages

D.R.B

20.2.11

Kelas Transfigurasi

Ada seorang bijak yang bersabda; ‘Taruh atensi mu terhadap hal kecil, karena hal yang besar bermula dari hal yang kecil’—and, he did it.

Tak ada protes yang dilayangkan saat pengajar wanita tua renta di hadapannya berujar seputar materi kelas hari ini. Scaramouche, mengubah korek api menjadi jarum—kayu jadi logam, inanimate to inanimate. Mantra yang berada dalam klasifikasi terendah jika ditilik dari segi ketiadaan guna. Mengenai alasan diciptakannya mantra semacam ini.. he have no idea. Ah, bahkan rasanya ilmu Transfigurasi memang tidak jelas guna dan tidak penting-penting amat ‘kan? Sebuah seni metamorphosis yang terbilang aneh. Namun ia tetap berusaha untuk menerima, mencoba menikmati hal-hal dangkal macam korek-api-jadi-jarum meskipun otak inteleknya menolak mentah-mentah untuk menginput materi berkelas protozoa macam itu.

Deryck adalah seorang yang cenderung berpikir lateral—out of the box, istilah kerennya. Pola pikirnya bukan hanya sekedar berlingkup linear, mengikuti jalur konvensional yang hanya akan menghadapkannya pada suatu keadaan stagnan. Bukan. Segala hal yang berbau monotonitas tidak pernah dirasa punya daya pikat—tidak menarik, dan tidak tertarik. Alas, ada kalanya sesekali ia mengamini pepatah orang awam untuk berlaku layaknya padi. Kendati ia punya otak sedemikian cemerlang dan nalarnya hampir dipastikan sudah setingkat lebih unggul dari anak seusianya, ia pun harus tetap menaruh atensinya pada hal yang teremeh macam Scaramouche pun.

Si pemuda mendengus bosan. Satu tangannya memainkan tongkat Birch berkristalisasi naga Black Hebridean itu tak ubahnya sebatang pensil. Burgundy pelihatnya sengaja dimanuverkan sekilas, nomaden dari batok kepala satu ke batok kepala lainnya dari para peranakan Godric dan Salazar disana. Dipindainya satu-dua anak gagal dalam percobaan pertama—beberapa pula berhasil, bahkan ada pula yang setengah berhasil setengah gagal.

Konon, dalam studi Transfigurasi terdapat tiga poin penting, ada tiga kata kunci. Jika kuranglah salah satunya, maka gagal dipastikan adalah hasilnya. Poin pertama; konsentrasi. Lalu, ketepatan ayunan tongkat. Dan terakhir, pelafalan mantra yang sempurna.

Oh, well.. tangannya jadi gatal, ingin pula mencoba.

Fokusnya terkendali sudah, dihentaknya kemudian selenting Birch sepanjang 30,5 senti tersebut dengan mantap. Gerakan tangannya yang luwes memperlihatkan dirinya yang sudah terlatih memegang tongkat. Sebagai konklusi, Bradley muda itu pun berucap dengan nada lugas dan jelas,

“Scaramouche!”

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar