Pages

D.R.B

11.12.10

Shine A Light

#Tret Started; Serra Bouisseau

Potter-sentris.

Itu yang dapat pemuda itu simpulkan dari hasil pengamatannya sepanjang hari ini. Baik di Leaky Cauldron maupun Diagon Alley, semua orang digemparkan oleh kehadiran si ‘bocah-yang-bertahan-hidup’ di tengah-tengah mereka. Tak berhenti untuk mengagung-agungkan si anak yatim piatu yang santer diberitakan sudah mengalahkan seorang You-Kow-Who di usianya yang baru menginjak setahun. Menyambut kedatangan seorang Potter dengan gegap gempita. Bahkan rasanya para Potter-mania itu tidak kalah fanatiknya dengan para penggila Dustin Bieber (?); sama-sama freak. Sikap dan ekspresi yang begitu kontras dengan yang segelintir kecil lainnya tunjukkan; yang beranggapan bahwa kekalahan sang Pangeran Kegelapan meninggalkan sebuah duka yang mendalam.

Keluarga Bradley salah satunya, keluarganya.

Pemuda berusia sebelas tahun itu berdiri dengan tenang, masih menyenderkan tubuhnya pada dinding batu di belakangnya, menggulung lengan kemejanya asal hingga siku dan melipat kedua tangannya di dada. Deryck menatap datar ke arah jalanan Diagon Alley yang masih padat merayap. Dari seluruh bagian tubuhnya, hanya bola mata sewarna burgundy-nya yang bergerak liar. Meneliti detail setiap figur yang berlalu-lalang di hadapannya dengan tatapan tajam layaknya elang yang sedang mencari mangsa. Berharap semesta sedang berbaik hati untuk mempertemukannya dengan sosok bocah lelaki seumurannya yang berambut cokelat dengan sebuah kacamata tebal bertengger di atas hidungnya dan sebuah tanda petir di keningnya—yang sangat mendunia—(itu segelintir informasi yang didapatnya saat duduk di bar tadi, mate) saat ini, disana.

Harry Potter—siapa lagi?

“Ogden Nash, kah?”

Adalah sebuah kalimat yang membuat pemuda itu kembali tertarik dari lamunan sesaatnya, menyeret pikirannya untuk kembali ke dalam realita dunia. Sepasang mata burgundy yang menjadi khas genetik para Bradley itu bergulir acuh pada seorang gadis yang baru saja bergabung disana. Mendengus malas saat si gadis melanjutkan ucapannya seraya mengalihkan pandangannya kembali ke jalanan yang semakin ramai—tidak menyadari perihal gerak-gerik si gadis yang nampak sedikit gugup, entah kenapa.

Ah, ucapannya yang tadi.. jangan dipedulikan—karena jelas masuk dalam genre meracau. Dan tadi itu, hanya sebuah kalimat yang pernah dikatakan Rudolf, grand pere, padanya sewaktu ia kecil dulu; saat pemuda itu sedang kedapatan mengkonsumsi gula-gula. Apa artinya, ia angkat bahu. Dan ia pun baru tahu kalau kata-kata itu ternyata adalah milik Ogden Nash (seperti kata gadis itu tadi)—entah siapa Ogden Nash, tidak kenal. Sekali lagi, no offense. Harusnya abaikan saja, anggap tidak pernah terucap dari mulutnya.

"He? Li-li apa?"

Deryck kembali melirik si gadis bersurai cokelat yang tadi paling pertama ditemuinya disana, menatap gadis itu dengan alis yang sedikit naik dan memilih untuk tidak menjawab serta menganggap ucapan si gadis tidak pernah ada. Dan, satu entitas lain datang, ikut bergabung dalam kumpulan kecil dimana si pemuda Bradley berada. Tak ambil peduli (karena nyatanya gadis itu tidak sedang berbicara dengannya) pemuda satu itu kembali berdiri mematung di tempatnya. Tidak mau melibatkan diri dengan ketiga gadis disana yang sedang bercakap seputar permen. Tidak penting, tahu. Ada banyak hal yang lebih penting untuk dilakukan daripada membahas seputar makanan perusak gigi itu.

Dahi pemuda separo Italia itu tampak mengernyit kritis saat si gadis pembawa permen menanyakan hal seputar dimana letak Leki-atau-Liki (?). Memetakan ekspresi geli separo menghina sebelum akhirnya membuka mulut, “Leaky Cauldron, maksudmu? Tinggal ikuti saja jalan ini, nona.” ia menyahut sekenanya, lagaknya acuh tak acuh. Sekon berikut kembali mengfungsikan matanya untuk mengobservasi setiap orang yang berlalu lalang di hadapannya dengan pandangan datar sekaligus meneliti yang sama. Sedang mencari keberadaan sosok makhluk setengah troll yang rumornya mengantarkan si ‘bocah-yang-bertahan-hidup’ berbelanja. Yea, di dalam keramaian seperti ini mencari sosok yang lebih besar akan jauh lebih mudah daripada mencari yang kecil (yang sebentar-bentar tenggelam wujudnya).

“Hadn’t met..Harry Potter?” ia bertanya. Deryck tentu tidak ingin keberadaannya di Diagon Alley kali ini bernilai sia-sia. Kedatangannya kali ini bukan untuk berbelanja, mate—melainkan untuk mengetahui seperti apa bentuk konkrit seorang Harry Potter. Yea, barangkali dari ketiga gadis ini ada yang tahu sesuatu.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar