Pintu toko berdenting, bersamaan dengan kedatangan seorang anak lelaki berambut keemasan dari luar toko. Deryck mengangkat sebelah alisnya ketika menyadari mata biru si anak lelaki bertemu pandang dengan sepasang iris burgundy-nya. Sekon berikutnya mengetahui perihal anak tersebut yang tersenyum ramah ke arahnya. Alih-alih balik tersenyum, pemuda Italia satu itu malah dengan sengaja mengalihkan pandangannya, membuang muka dari si anak lelaki. Jangan mengharapkan seorang Deryck Rudolf untuk bersikap ramah-tamah, terlebih pada seorang asing yang bahkan status darah dan kastanya belum ia ketahui—seperti anak lelaki berambut keemasan disana itu.
Pandangannya kini beralih pada antek-antek Ollivander yang berambut pirang kecoklatan dan bertubuh kurus di hadapannya, lalu bergeser menatap rak tinggi menjulang yang berisikan kotak-kotak kayu pipih disana. Setengah berharap jika pegawai di hadapannya itu tidak sampai harus menggerataki kotak-kotak disana demi mencari sebuah tongkat yang cocok dengannya. Dia tidak mau membuat dirinya terjebak di tempat yang sempit dan temaram ini lebih lama—seperti gadis berambut brunette disana itu, yang sudah kali keempat mencoba tongkat hingga wajah antusiasnya berganti menjadi mimik bosan dan terlihat putus asa karena tak kunjung menemukan tongkat yang cocok. Jangan sampai dia bernasib sama, tidak mau.
Deryck mendengus sinis ketika membran timpani-nya tidak sengaja mendengar suara seorang anak yang menentukan inti tongkatnya sendiri. Entah anak itu yang terlampau tolol atau mungkin hanyalah seorang muggleborn yang awam akan pengetahuan sihir sehingga melupakan satu poin penting dalam kepemilikan tongkat. Pada dasarnya, tongkat-lah yang memilih para penyihir, bukan penyihir yang memilih tongkat—bukan begitu?
“26 Desember, Birch 30,5 cm dengan inti kristalisasi darah Naga Black Hebridean, berdesir jika diayunkan harganya 14 galleon 2 knut. Ini,”
Naga Black Hebridean, ya.
Inti yang tidak begitu buruk dan tidak pula mengecewakan, mengingat jenis naga tersebut adalah yang paling agresif dibanding naga lainnya. Dan, akan berdesir jika diayunkan, katanya? Well, entahlah. Pemuda satu itu mengangkat sebelah alisnya, menerima tongkat sepanjang 30,5 senti yang diberikan si pegawai padanya tanpa banyak bicara. Coba kita lihat, apakah tongkat ini akan langsung cocok dengannya pada percobaan pertama. Semoga saja cocok.
Ada semacam aura aneh tak terdefinisakn menaunginya saat ujung jemarinya menyentuh tongkat dan mendadak sepercik bunga api memancar dari ujung tongkatnya. Deryck merasakan gelenyar kehangatan muncul, seolah-olah tangannya sudah menemukan partner yang tepat. Mengayunkan tongkatnya dengan gerakan luwes dan sempurna (ia sudah terbiasa menggunakan tongkat y’know), menimbulkan desiran yang ternyata benar adanya, menyebabkan tongkatnya bercahaya dan menyemburkan lebih banyak lagi bunga api.
Nice, sesuai harapannya.
Berhasil menemukan tongkat yang cocok pada percobaan pertama tak ayal membuat seringai puas membingkai wajah si pemuda. Deryck lantas merogoh saku celananya dan menghadirkan lima belas keping galleon di atas meja konter. “Ambil saja kembaliannya.” ujarnya acuh. Dia tidak butuh recehan knut, apalagi sickle karena galleon atas nama Bradley di Gringgots masih bergelimang adanya bukan?
Pandangannya kini beralih pada antek-antek Ollivander yang berambut pirang kecoklatan dan bertubuh kurus di hadapannya, lalu bergeser menatap rak tinggi menjulang yang berisikan kotak-kotak kayu pipih disana. Setengah berharap jika pegawai di hadapannya itu tidak sampai harus menggerataki kotak-kotak disana demi mencari sebuah tongkat yang cocok dengannya. Dia tidak mau membuat dirinya terjebak di tempat yang sempit dan temaram ini lebih lama—seperti gadis berambut brunette disana itu, yang sudah kali keempat mencoba tongkat hingga wajah antusiasnya berganti menjadi mimik bosan dan terlihat putus asa karena tak kunjung menemukan tongkat yang cocok. Jangan sampai dia bernasib sama, tidak mau.
Deryck mendengus sinis ketika membran timpani-nya tidak sengaja mendengar suara seorang anak yang menentukan inti tongkatnya sendiri. Entah anak itu yang terlampau tolol atau mungkin hanyalah seorang muggleborn yang awam akan pengetahuan sihir sehingga melupakan satu poin penting dalam kepemilikan tongkat. Pada dasarnya, tongkat-lah yang memilih para penyihir, bukan penyihir yang memilih tongkat—bukan begitu?
“26 Desember, Birch 30,5 cm dengan inti kristalisasi darah Naga Black Hebridean, berdesir jika diayunkan harganya 14 galleon 2 knut. Ini,”
Naga Black Hebridean, ya.
Inti yang tidak begitu buruk dan tidak pula mengecewakan, mengingat jenis naga tersebut adalah yang paling agresif dibanding naga lainnya. Dan, akan berdesir jika diayunkan, katanya? Well, entahlah. Pemuda satu itu mengangkat sebelah alisnya, menerima tongkat sepanjang 30,5 senti yang diberikan si pegawai padanya tanpa banyak bicara. Coba kita lihat, apakah tongkat ini akan langsung cocok dengannya pada percobaan pertama. Semoga saja cocok.
Ada semacam aura aneh tak terdefinisakn menaunginya saat ujung jemarinya menyentuh tongkat dan mendadak sepercik bunga api memancar dari ujung tongkatnya. Deryck merasakan gelenyar kehangatan muncul, seolah-olah tangannya sudah menemukan partner yang tepat. Mengayunkan tongkatnya dengan gerakan luwes dan sempurna (ia sudah terbiasa menggunakan tongkat y’know), menimbulkan desiran yang ternyata benar adanya, menyebabkan tongkatnya bercahaya dan menyemburkan lebih banyak lagi bunga api.
Nice, sesuai harapannya.
Berhasil menemukan tongkat yang cocok pada percobaan pertama tak ayal membuat seringai puas membingkai wajah si pemuda. Deryck lantas merogoh saku celananya dan menghadirkan lima belas keping galleon di atas meja konter. “Ambil saja kembaliannya.” ujarnya acuh. Dia tidak butuh recehan knut, apalagi sickle karena galleon atas nama Bradley di Gringgots masih bergelimang adanya bukan?
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
2 komentar:
saya ingin memesan tongkat sihir
saya ingin memesan tongkat sihir
Posting Komentar