Pemuda berambut gelap itu nampak bosan saat tengah menelusuri sepanjang jalan Diagon Alley yang masih saja ramai dipadati. Mengurungkan niatnya untuk pergi ke toko jubah Madam Malkins dan toko buku Flourish & Bloots, mengatasnamakan antrian panjang disana sebagai alasan. Deryck bukanlah termasuk salah satu individu yang menghargai apa itu budaya antre, sayangnya. Terdidik sebagai bangsawan sedari dini yang membuatnya demikian; ia terbiasa dilayani bak raja dan terlarang hukumnya untuk dibuat menunggu lama. Seharusnya para bocah-bocah idiot disana sadar akan derajatnya dan paham kalau mereka seharusnya menyingkir dan memberikan kesempatan untuknya mendapatkan pelayanan nomer satu. Dasar para kasta rendah tidak tahu diri, beraninya untuk membiarkan seorang Bradley sepertinya ikut mengantri di belakang mereka seakan kasta mereka sama. Harusnya mereka bercermin, tche.
Dan disanalah pemuda satu itu menyetop laju langkah kakinya sekarang, di depan sebuah toko yang tidak sedang dalam kondisi ramainya, yang berplang-kan ‘Toko Hewan Sihir’. Ia sendiri bukanlah pribadi yang senang memelihara sesuatu sebenarnya—terlebih makhluk hidup. Tidak menepis kenyataan bahwa ia memiliki dua ekor anjing yang sudah menjadi penemannya dua tahun belakangan, serta Labrador; kuda kesayangannya—dan juga beberapa Abraxas yang dimiliki keluarganya. Yang jelas, dia bukan seorang animals-lover, mengingat ia selama ini tidak pernah ikut campur dalam mengurus semua hewan-hewannya. Semuanya, diurus oleh para pelayan keluarganya, dia hanya lepas tangan.
Deryck berdiri angkuh di depan konter, mengamati isinya. Fokus burgundy-nya jatuh pada keberadaan seekor burung hantu elang disana—kalau tidak salah termasuk dalam jenis Eurasian Eagle Owl. Sepertinya hewan itu, boleh juga, pikirnya. Ia membawa langkahnya masuk demi melihat hewan incarannya dari radius yang lebih dekat. Hewan itu, tingginya—menurut perkiraannya—mencapai 27 inci, berbulu coklat gelap dengan paduan bintik hitam dan noda putih, dan dengan kuku serta paruh sewarna arang disertai gesture tubuh sang burung hantu elang yang terlihat begitu angkuh dan aristrokat. Deryck mengulas senyum tipis kemudian, merasa telah menentukan pilihannya.
Sepasang burgundy-nya dimanuverkan sekilas, mencari keberadaan pegawai toko disana. Tidak berminat berlama-lama disana, pemuda satu itu lantas segera menghampiri si pegawai toko dan membuka mulutnya kemudian, “Burung hantu elang di sebelah sana.” ujarnya datar seraya menunjuk ke arah kandang burung hantu elang yang ia maksud menggunakan dagunya. “beserta perlengkapannya—berapa?”
Dan disanalah pemuda satu itu menyetop laju langkah kakinya sekarang, di depan sebuah toko yang tidak sedang dalam kondisi ramainya, yang berplang-kan ‘Toko Hewan Sihir’. Ia sendiri bukanlah pribadi yang senang memelihara sesuatu sebenarnya—terlebih makhluk hidup. Tidak menepis kenyataan bahwa ia memiliki dua ekor anjing yang sudah menjadi penemannya dua tahun belakangan, serta Labrador; kuda kesayangannya—dan juga beberapa Abraxas yang dimiliki keluarganya. Yang jelas, dia bukan seorang animals-lover, mengingat ia selama ini tidak pernah ikut campur dalam mengurus semua hewan-hewannya. Semuanya, diurus oleh para pelayan keluarganya, dia hanya lepas tangan.
Deryck berdiri angkuh di depan konter, mengamati isinya. Fokus burgundy-nya jatuh pada keberadaan seekor burung hantu elang disana—kalau tidak salah termasuk dalam jenis Eurasian Eagle Owl. Sepertinya hewan itu, boleh juga, pikirnya. Ia membawa langkahnya masuk demi melihat hewan incarannya dari radius yang lebih dekat. Hewan itu, tingginya—menurut perkiraannya—mencapai 27 inci, berbulu coklat gelap dengan paduan bintik hitam dan noda putih, dan dengan kuku serta paruh sewarna arang disertai gesture tubuh sang burung hantu elang yang terlihat begitu angkuh dan aristrokat. Deryck mengulas senyum tipis kemudian, merasa telah menentukan pilihannya.
Sepasang burgundy-nya dimanuverkan sekilas, mencari keberadaan pegawai toko disana. Tidak berminat berlama-lama disana, pemuda satu itu lantas segera menghampiri si pegawai toko dan membuka mulutnya kemudian, “Burung hantu elang di sebelah sana.” ujarnya datar seraya menunjuk ke arah kandang burung hantu elang yang ia maksud menggunakan dagunya. “beserta perlengkapannya—berapa?”
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
0 komentar:
Posting Komentar