My my. Lihatlah seberapa panjang antrian anak bebek angsa yang sedang memadati toko Madam Malkin's yang sempit ini. Tidak kalah panjangnya dengan antrian para kaum miskin hina saat musim pembagian sembako gratis. Panjangnya mirip kereta api, tapi pergerakkan barisannya lambat seperti siput. Tsk.
Pemuda blasteran Italia-Skotlandia itu hanya bisa pasrah mendapati kenyataan di depan matanya saat ini; bahwa hanya demi sebuah jubah Hogwarts (yang sangat biasa itu) semua orang rela dibuat mengantri panjang (pengecualian besar untuk dirinya). Tanpa sadar pemuda itu berdecak, tak pernah terbayangkan olehnya bahwa selama tujuh tahun ke depan dia akan mengenakan jubah hitam Hogwarts alih-alih jubah merah darah dan mantel bulu Durmstrang yang selama ini ia idamkan adanya (dia pasti terlihat tidak kalah 'wow' dari Sherlock dengan jubah Durmstrang). Ayolah, semua juga tahu kalau jubah Hogwarts tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan jubah kepunyaan Durmstrang. Kalah jauh malah.
Ah, sudahlah, tidak perlu dibahas.
Deryck mengernyitkan dahinya ketika melihat sebuah meteran melambai yang mengukur satu persatu para anggota barisan bebek angsa yang berada di antrian depan. Tidak bekerja dengan cekatan, meteran itu. Pantas saja tidak ada pergerakan yang berarti dari antrian panjang di hadapannya. Sebuah fakta implisit bahwa ia tidak akan mendapatkan pelayanan memuaskan di tempat kali ini, membuat pemuda satu itu mendengus penuh sinisme dan menggerutu dengan suara rendah sementara burgundy-nya melirik ke arah si pegawai magang yang menjadi kepala dari antrian bebek angsa kali ini.
Sekon berikut pancaran maniakal-lah yang tersirat di matanya, pertanda bahwa ia mendapatkan sebuah titik terang. Selak saja, tidak ada salahnya untuk berbuat curang; demikian Lucifer dalam dirinya bertitah.
"Paket tahun pertama," frasanya ditahan, mengingat kendati tadi para cecunguk disana turut mengucapkan nama lengkapnya---maka dia pun harus menyebutkan namanya juga bukan? "..atas nama Deryck Rudolf Bradley." tandasnya acuh, berlagak seolah tidak mendengar caci maki dan segala bentuk protes keras yang dilayangkan padanya dari antrian bebek angsa di belakangnya (dia yang paling depan saat ini). He doesn't really care, y'know.
Mengantri bukanlah budaya yang ia anut, hanya kegiatan sehari-hari masyarakat kalangan bawah. Dan, perlukah diberitahu, kalau tuan muda Bradley satu ini paling tidak suka dibuat menunggu? Kalau sudah tahu ya, seharusnya semua cunguk di belakangnya sadar diri untuk segera membungkam mulut sampah mereka, dan si pegawai magang di depannya tidak perlu menunggu lama untuk segera mengurusi pesanannya.
Pemuda blasteran Italia-Skotlandia itu hanya bisa pasrah mendapati kenyataan di depan matanya saat ini; bahwa hanya demi sebuah jubah Hogwarts (yang sangat biasa itu) semua orang rela dibuat mengantri panjang (pengecualian besar untuk dirinya). Tanpa sadar pemuda itu berdecak, tak pernah terbayangkan olehnya bahwa selama tujuh tahun ke depan dia akan mengenakan jubah hitam Hogwarts alih-alih jubah merah darah dan mantel bulu Durmstrang yang selama ini ia idamkan adanya (dia pasti terlihat tidak kalah 'wow' dari Sherlock dengan jubah Durmstrang). Ayolah, semua juga tahu kalau jubah Hogwarts tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan jubah kepunyaan Durmstrang. Kalah jauh malah.
Ah, sudahlah, tidak perlu dibahas.
Deryck mengernyitkan dahinya ketika melihat sebuah meteran melambai yang mengukur satu persatu para anggota barisan bebek angsa yang berada di antrian depan. Tidak bekerja dengan cekatan, meteran itu. Pantas saja tidak ada pergerakan yang berarti dari antrian panjang di hadapannya. Sebuah fakta implisit bahwa ia tidak akan mendapatkan pelayanan memuaskan di tempat kali ini, membuat pemuda satu itu mendengus penuh sinisme dan menggerutu dengan suara rendah sementara burgundy-nya melirik ke arah si pegawai magang yang menjadi kepala dari antrian bebek angsa kali ini.
Sekon berikut pancaran maniakal-lah yang tersirat di matanya, pertanda bahwa ia mendapatkan sebuah titik terang. Selak saja, tidak ada salahnya untuk berbuat curang; demikian Lucifer dalam dirinya bertitah.
"Paket tahun pertama," frasanya ditahan, mengingat kendati tadi para cecunguk disana turut mengucapkan nama lengkapnya---maka dia pun harus menyebutkan namanya juga bukan? "..atas nama Deryck Rudolf Bradley." tandasnya acuh, berlagak seolah tidak mendengar caci maki dan segala bentuk protes keras yang dilayangkan padanya dari antrian bebek angsa di belakangnya (dia yang paling depan saat ini). He doesn't really care, y'know.
Mengantri bukanlah budaya yang ia anut, hanya kegiatan sehari-hari masyarakat kalangan bawah. Dan, perlukah diberitahu, kalau tuan muda Bradley satu ini paling tidak suka dibuat menunggu? Kalau sudah tahu ya, seharusnya semua cunguk di belakangnya sadar diri untuk segera membungkam mulut sampah mereka, dan si pegawai magang di depannya tidak perlu menunggu lama untuk segera mengurusi pesanannya.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
0 komentar:
Posting Komentar